Setelah AS-China Berdamai, Siapa yang Akan Jadi Korban Tarif Berikutnya?

7 hours ago 5

loading...

Amerika Serikat dan China sepakat melakukan jeda perang tarif selama 90 hari memberikan harapan baru bagi stabilitas ekonomi global. FOTO/AP

JAKARTA - Amerika Serikat dan China sepakat melakukan jeda perang tarif selama 90 hari memberikan harapan baru bagi stabilitas ekonomi global. Namun, di balik kesepakatan dua raksasa ekonomi dunia ini muncul pertanyaan, siapa negara atau blok ekonomi yang akan menjadi korban berikutnya dari kebijakan tarif AS?

Kesepakatan jeda tarif ini tercapai setelah As, pada awal April menerapkan tarif global sebesar 10% untuk semua negara. Langkah tersebut sempat memicu kekhawatiran terjadinya perang dagang, khususnya di kalangan negara-negara anggota BRICS-yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Baca Juga: Tarif Trump Akhirnya Luluh, Berikut Kronologi Perang Dagang AS dan China

China, sebagai anggota kunci BRICS, memainkan peran penting dalam perundingan ini. Bulan lalu, blok BRICS sepakat untuk tetap solid dalam menghadapi kenaikan bea impor dari AS. Meski demikian, kesepakatan jeda tarif antara AS dan China belum sepenuhnya mengakhiri ketegangan, sebab negara-negara BRICS lainnya masih menghadapi tarif impor yang diberlakukan AS.

Dilansir dari Watcher Guru, India dan AS sebelumnya telah menyelesaikan kerangka acuan untuk kesepakatan perdagangan baru, sementara Brasil dan Afrika Selatan masih menghadapi tarif 10 persen. Rusia menjadi satu-satunya anggota BRICS yang dikecualikan dari rencana tarif awal Amerika Serikat, menempatkan negara tersebut dalam posisi tawar yang kuat.

Di sisi lain, Uni Eropa diprediksi akan menjadi pihak berikutnya yang masuk dalam agenda negosiasi dagang AS. Presiden AS Donald Trump bahkan menyebut Uni Eropa lebih keras dalam taktik negosiasi dibandingkan China. Hal ini menandakan bahwa potensi eskalasi perang tarif masih membayangi negara-negara besar lainnya.

Baca Juga: AS-China Sepakat Turunkan Tarif Impor, Ini 5 Poin Pentingnya

Meski demikian, persatuan yang ditunjukkan oleh BRICS membuat banyak pengamat yakin bahwa kesepakatan keringanan tarif hanya tinggal menunggu waktu. Apalagi, blok ini tengah mempertimbangkan untuk memperluas keanggotaan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 2025 mendatang.

Optimisme tetap ada di tengah ketegangan perdagangan global, terutama dengan adanya jeda tarif antara AS dan China. Namun, negara-negara lain kini harus bersiap menghadapi kemungkinan menjadi target kebijakan tarif berikutnya dari AS.

(nng)

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |